English Phobia
&&&&&&&&&
Tidak
sering, tapi beberapa kali saya pernah mendapati, baik saya sendiri atau orang
lain disekitar saya di sarkastis saat ngobrol menggunakan Bahasa inggris, atau
Bahasa kita ada mix English-nya.
“hadeh..
jangan sok inggris lah” atau “elah kita tinggal di Indonesia kali”
(iya iya tau. gak ada juga yang bilang kita tinggal di galaxy andromeda).
Saya
mengerti, bahwa preferensi tiap orang beda-beda. Seseru-serunya belajar Bahasa
inggris, tidak menjadikan semua orang jadi suka juga. Walaupun saya dan semua
yang kuliahnya ngambil jurusan Bahasa inggris akan mengatakan, “Bahasa inggris
tuh penting” sebagai pembelaan. Saya sempat kesal sebenarnya dan mulai
merancang taktik edukasi kepada para alergi Bahasa inggris ini, kenapa mereka
harus berhenti sarkastis dan mulailah belajar Bahasa inggris.
Saya
mulai memikirkan alasan sistematik KENAPA ini HARUS dipelajari. Semua orang
harus bisa! Selain dari alasan klasik English is an international
language. In the end, dari hasil pencarian saya, saya malah menemukan bahwa
in some case, Bahasa inggris tuh tidak penting malah.
Ya! Biar
saya jelaskan dulu. Saat saya bekerja di pos parkiran suatu instansi, saya
mengamati rekan kerja saya. kalo dipikir-pikir, tidak ada beban buat mereka
untuk bisa menguasai Bahasa inggris. Tidak ada masalah dan bahkan tidak penting
juga mereka bersusah payah melatih speaking English skill, mereka berada di dunia kerja yang tidak menuntut hal itu.
Begitu juga dengan para penjual-penjual gardu dan toko diseberang jalan. Juga
pengusaha-pengusaha pakaian dan penjual sayuran di Tengah-tengah pasar. Mereka
tidak perlu mempelajari part of speech, mengetahui idiom-idiom like a native
speaker dan segala macamnya.
Anehnya
bagian lain dari saya masih kekeuh bahwa Bahasa inggris itu penting! Dengan
perasaan kuat. Bahkan saya yakin jutaan orang lainnya akan mengatakan hal yang
sama. Hingga saya sadari bahwa saya dan jutaan orang lainnya ini, kita memiliki
planning dan goals tertentu, yang mana salah satu syarat dari goals kita
tersebut menuntut untuk bisa menguasai Bahasa inggris. Didunia akademik, Bahasa
inggris bukan sekedar sangat penting lagi, bukan di ranah wants tapi needs.
Pengetahuan dan kemampuan Bahasa inggris kita sampai di test untuk memenuhi
syarat administrasi lanjut studi dengan TOEFL. Melamar di Perusahaan-perusaan
dengan posisi tertentu juga ada standar minimal English passive.
Jadi,
Bahasa inggris itu penting dan juga tidak penting, bergantung pada Dimana kamu
berada. Berhubung saya memilih berada di jalur yang berkecimpung pada Bahasa
inggris itu penting, so here I am.
Dalam
rumusan Trigatra Bangun Bahasa: Utamakan
bahasa Indonesia; lestarikan bahasa daerah; kuasai bahasa asing.
Sehingga
it isn’t wise menuduh kita tidak nasionalis karena saat berkata-kata bercampur
bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Harusnya bahasa inggris atau bahasa asing
lainnya dinilai sebagai suatu skill
(kemampuan) komunikasi seseorang. Sebagaimana skill
menulis, bernyanyi, memasak, skill memainkan alat music, dan sebagainya. Yang
namanya skill harus dilatih sustainable. Dirumah, saya berbicara sendiri
(menggunakan bahasa inggris) seperti orang gila untuk meningkatkan speaking
skill saya. Karena memang satu-satunya cara agar kemampuan berbicara bahasa
inggris meningkat adalah dengan practice (melatih, mempraktekkan). Sebagaimana
belajar matematika harus banyak mengerjakan soal-soal. Sehingga, ketika saya
keluar rumah dan berkomunikasi di lingkungan sosial, terkadang kecoplosan
kosakata bahasa inggris. (Ya kalau gitu saya minta maaf deh yang tidak suka).
Buat
teman-teman sekalian, kalau punya bestie yang alergi English (kayak besti
saya), yasudah, saat ngobrol dengan mereka, kita perlu berada dalam kesadaran
penuh sebelum di sarkastis. Sayangilah nyawa kalian. Diluar dari itu, silahkan
berekspresi. Terus melatih skill bahasa inggrisnya. jadilah gila (meningkatkan
speaking skill walaupun berbicara sendiri) karena ini tentang kamu. Apa yang
kamu sukai. Apa yang kamu perjuangkan.